I.JUDUL
PRAKTIKUM
Percobaan Hukum Hooke
II.TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat menunjukkan bahwa :
1.
Pertambahan panjang
pegas sebanding dengan gaya yang bekerja pada pegas.
2.
Energi potensial
sebanding dengan kuadrat pertambahan panjang pegas.
III. LANDASAN TEORI
Dalam kehidupan kita sering
menggunakan hukum-hukum fisika untuk membantu kita dalam melakukan banyak hal.
Salah satu hukum yang sering dipakai yaitu hukum hooke, yaitu hukum yang
digunakan untuk mencari besar konstanta pada pegas dengan memperhitungkan
pengaruh dari gaya yang diberikan pada benda dan massa benda itu sendiri.
Untuk membuktikan hukum hooke tersebut, kami telah
melakukan praktikum fisika tentang hukum hooke dan telah merumuskan hasil
praktikum tersebut ke dalam laporan ini. Pegas merupakan salah satu contoh
benda elastis. Elastis atau elastisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk
kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut
dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka
bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan
perubahan bentuk adalah pertambahan panjang. Perlu diketahui bahwa gaya yang
diberikan juga memiliki batas-batas tertentu. Sebuah karet bisa putus jika gaya
tarik yang diberikan sangat besar, melawati batas elastisitasnya.
Demikian
juga sebuah pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika diregangkan dengan
gaya yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut memiliki batas elastisitas.
Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak diberikan
gaya. Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik dengan luas
penampang benda. Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan
panjang benda ketika diberi gaya dengan panjang awal benda.
Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka
panjangnya akan berubah. Semakin besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar
pertambahan panjang pegas tersebut. Ketika gaya tarik dihilangkan, pegas akan
kembali keadaan semula. Jika beberapa pegas ditarik dengan gaya yang sama,
pertambahan panjang setiap pegas akan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh
setiap karasteristik suatu pegas. Karakteristik suatu pegas dinyatakan dengan
konstanta pegas (k).
Pada tahun 1976,Robert Hooke
mengusulkan suatu hokum fisika menyangkut pertambahan panjang suatu benda yang
elsatis yang dikenai oleh sudut gaya.Menurut Hooke,pertambahan panjang
berbanding lurus dengan gaya yang akan diberikan pada benda,secara matematis,Hukum
Hooke dapat dituliskan :
F= -kx
F = ½ kx2
Dengan : F =
Gaya yang dikerjakan (N)
X = Pertambahan Panjang (m)
K = Konstanta pegas
E = energy potensial
Tanda negatif (-) dalam persamaan menunjukkan berarti gaya pemulih
berlawanan arah dengan perpanjangan.
”jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis
pegas,pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya
tariknya”.
Pernyataan ini
dikemukakan oleh Robert Hooke, oleh karena itu, pernyataan di atas dikenal
sebagai Hukum Hooke.Untuk menyelidiki berlakunya hukum hooke, kita bisa
melakukan percobaan pada pegas. Selisih panjang pegas ketika diberi gaya tarik
dengan panjang awalnya disebut pertambahan panjang(l).
Perlu diingat bahwa hokum hooke
hanya berlak untuk daerah elastis,tidak berlaku untuk daerah plastic.Hukum
hooke sendiri berbunyi “ Jika gaya yang tarik tidak melampaui batas elastis
pegas,maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding dengan gaya
tariknya ).”
Jika besar gaya yang dikerjakan pada
pegas melewati batas elastisitas pegas,maka setelah gaya dihilangkan panjang
pegas tidak kembali seperti semula.Hukum hooke hanya berlaku hingga batas
elastisitas.batas elestisitas merupakan gaya maksimum yang dapat diberikn pada
pegas tidak dapat kembali seperti semula.Jika besar gaya terus bertambah maka
pegas rusak.
Pada waktu benda ditarik dengan gaya F, pegas
mengadakan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang menarik, tetapi arahnya
berlawanan ( F aksi = F reaksi ). Jika gaya ini kita
sebut dengan gaya pegas Fp, gaya ini tentu saja sebanding dengan
pertambahan panjang pegas x. Sehingga untuk Fp dapat dirumuskan
sebagai Fp = - k x.
Pada daerah elastic benda, gaya yang bekerja pada
benda sebanding dengan pertambahan panjang benda. Sifat pegas seperti yang
dinyatakan hukum Hooke tidak terbatas pada pegas yang direnggangkan. Pada pegas
yang dimampatkan juga berlaku hukum Hooke, selama pegas masih ada pada daerah
ekastisitasnya. Sifat pegas yang seperti ini banyak digunakan di dalam
kehidupan sehari – hari misalnya pada neraca pegas, bagian – bagian mesin, dan
pada kendaraan bermotor modern (pegas sebagai peredam kejut).
Apabila kita menarik sebuah pegas untuk melatih otot
dan dada kita, pegas berubah bentuk , yaitu semakin panjang. Ketika tarikan
pada pegas kita dilepaskan , pegas segera kembali kebentuk semula . dan
perhatikan juga pada anak – anak yang menaruh batu kecil pada karet ketapelnya
dan menarik karet tersebut sehingga karet bentuknya berubah. Pegas dan karet
adalah contoh benda elastic. Sifat elastic atau elastisitas adalah kemampuan
suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang
diberikan kepada benda itu dihilangkan.
Getaran (oscillation) merupakan salah satu bentuk
gerak benda yang cukup banyak dijumpai gejalanya. Dalam getaran, sebuah benda
melakukan gerak bolak - balik menurut lintasan tertentu melalui titik
setimbangnya. Waktu yang diperlukan untuk melakukan satu gerakan bolak - balik
dinamakan periode (dilambangkan dengan T, satuannya sekon (s). Simpangan
maksimum getaran dinamakan amplitudo.
Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang
meregangkan pegas danpertambahan panjang (X), didaerah yang ada dalam batas
kelentingan pegas.F = k.Δx Atau : F = k (tetap) xk adalah suatu tetapan
perbandingan yang disebut tetapan pegas yang nilainyaberbeda untuk pegas yang
berbeda.Tetapan pegas adalah gaya per satuan tambahan panjang. Satuannya dalam SI
adalah N/m.
Persamaan gerak getaran dapat diturunkan dari dua buah
hukum gerak, yaitu Hukum II Newton dan Hukum Hooke. Jika gaya pegas adalah satu
- satunya gaya luar yang bekerja pada benda, maka pada benda berlaku Hukum II
Newton Atau Persamaan diatas merupakan persamaan gerak getaran selaras (simple
harmonic motion). Dalam getaran selaras, benda berosilasi di antara dua posisi
dalam waktu (periode) tertentu dengan asumsi tanpa kehilangan tenaga
mekaniknya.
Dengan kata lain, simpangan maksimum (amplitudo)
getaran tetap. Dapat ditulis menjadi Persamaan diatas disebut persamaan
diferensial, karena mengandung suku yang berupa diferensial. Penyelesaian dari
Persamaan tersebut dapat berbentuk Gambar simpangan getaran selaras sederhana.
Fungsi x periodik dan berulang pada simpangan yang sama dengan keanikan sebesar
2 Periode getaran T adalah waktu yang diperlukan benda untuk menjalani gerakan
satu putaran (cycle). Ini berarti nilai x pada saat t sama dengan nilai x pada
saat t + T.
Berdasarkan kenyataan ini dapat diketahui bahwa:
Kebalikan dari periode dinamakan f. Frekuensi
menyatakan jumlah getaran per satuan waktu. Satuannya adalah hertz (Hz) Dengan
demikian, frekuensi sudutnya adalah Persamaan gerak getaran di atas dapat juga
dinyatakan dalam cosinus, yaitu Suatu getaran memiliki persamaan simpangan unik
yang bentuk de_nitifnya ditentukan oleh posisi awal dan kecepatan awal (keduaya
sering disebut sebagai syarat awal). Karakteristik Rangkaian Pegas Pada
dasarnya rangkaian pegas ada dua, yaitu rangakaian seri dan paralel. Jika
sebuah sistem tersusun atas rangkaian seri dan paralel, rangkaian itu disebut
rangakaian kompleks.
Dalam bahasan ini akan dijelaskan nilai konstanta
pegas (k) sistem untuk pegas-pegas yang tersusun secara seri dan paralel. Pada
rangkaian seri, gaya yang bekerja pada setiap pegas sama tetapi pertambahan
panjang setiap pegas berbeda. Sedangkan pada rangkaina paralel, gaya yang
bekerja pada setiap pegas berbeda tetapi pertambahan panjang setiap pegas
adalah sama.
Contoh rangkaian seri dan paralel dari tiga pegas
dapat dilihat dari percobaan berikut : Rangkaian Seri Rangkaian Paralel Untuk
rangkaian pegas secara seri berlaku kaitan, yitu perubahan panjang total pegas
merupakan penjumlahan perubahan panjang masing-masing pegas. Sehingga, dapat
dirumuskan :
Δxtotal = Δx1 + Δx2 + Δx3
Dengan menerapkan hukum Hooke F = k Δx dan gaya
pada setiap pegas sama dengan gaya total yang bekerja ( ΔF ), diperoleh nilai konstanta pegas untuk rangkaian
pegas secara seri adalah Jika ada n pegas yang tersusun secara seri, nilai
konstanta pegas totalnya adalah Jika hanya ada dua pegas yang disusun secara
seri, nilai konstanta pegas totalnya adalah Sedangkan dengan rangkaian pegas
secara paralel berlaku kaitan gaya total yang bekerja pada pegas sama dengan
jumlah dari gaya-gaya yang bekerja pada masing-masing pegas, yaitu dengan
menerapkan hukum Hooke F = k Δx dan pertambahan panjang pada
masing-masing pegas sama dengan pertambahan panjang total (Δxtotal=Δx1=Δx2=
Δx3), diperoleh nilai konstanta pegas untuk rangkaian pegas secara seri
adalah Jika ada n pegas yang tersusun secara paralel, nilai konstanta pegas
totalnya adalah Benda yang melakukan gerak lurus berubah beraturan, mempunyai
percepatan yang tetap, Ini berarti pada benda senantiasa bekerja gaya yang
tetap baik arahnya maupun besarnya. Bila gayanya selalu berubah-ubah,
percepatannyapun berubah-ubah pula.
Gerak yang berulang dalam selang waktu yang sama
disebut Gerak Periodik. Gerak periodik ini selalu dapat dinyatakan dalam fungsi
sinus atau cosinus, oleh sebab itu gerak periodik disebut Gerak Harmonik. Jika
gerak yang periodik ini bergerak bolak-balik melalui lintasan yang sama disebut
Getaran atau Osilasi. Gerak Harmonic Sederhana adalah gerak bolak-balik yang
melewati titik keseimbangan dengan frekuensi tetap dan tidak mengalami redaman
atau damping.
Dengan kata lain, gaya yang bekerja pada partikel
hanya bergantung pada posisi. Gerak harmonic teredam dimana gaya yang bekerja
pada partikel bergantung pada posisi dan kecepatan partikel. Adapun gerak
harmonic teredam terpaksa, yaitu gerak partikel dipaksa untuk melakukan gerak
teredam karena adanya gaya luar yang bekerja pada partikel.
Gerak harmonik teredam dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Sangat
teredam (overdamping). Over damping mirip seperti critical damping. Bedanya
pada critical damping benda tiba lebih cepat di posisi setimbangnya sedangkan
pada over damping benda lama sekali tiba di posisi setimbangnya. Hal ini
disebabkan karena redaman yang dialami oleh benda sangat besar.
2. Teredam
kritis (critical damping). Benda yang mengalami critical damping biasanya
langsung berhenti berosilasi (benda langsung kembali ke posisi setimbangnya).
Benda langsung berhenti berosilasi karena redaman yang dialaminya cukup besar.
3. Kurang
teredam (underdamping). Benda yang mengalami underdamped biasanya melakukan
beberapa osilasi sebelum berhenti. Benda masih melakukan beberapa getaran
sebelum berhenti karena redaman yang dialaminya tidak terlalu besar.
Salah satu prinsip dasar dari analisa struktur adalah hukum Hooke yang
menyatakan bahwa pada suatu struktur : hubungan tegangan (stress) dan regangan
(strain) adalah proporsional atau hubungan beban (load) dan deformasi
(deformations) adalah proporsional. Struktur yang mengikuti hukum Hooke
dikatakan elastis linier dimana hubungan F dan y berupa garis lurus. Lihat
Gambar 1.1-a. , sedangkan struktur yang tidak mengikuti hukum Hooke dikatakan
Elastis non linier,dengan panjang awalnya disebut pertambahan
panjang(l).
Seperti kita
menyelidiki sifat elastisitas bahan, kita juga mengukur pertambahan panjang
pegas dan besarnya gaya yang diberikan.Dalam hal ini,gaya yang diberikan sama
dengan berat benda = massa x percepatan gravitasi.
Pegas ada
disusun tunggal, ada juga yang disusun seri ataupun paralel. Untuk pegas yang
disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah masing-masing
pertambahan panjang pegas sehingga pertambahan total x .
Sedangkan untuk pegas yang
disusun paralel ,pertambahan panjang masing-masing pegas sama (kita misalkan
kedua pegas identik),yaitu
x1 = x2 =
x. Dengan demikian:
Kp= k1 + k
2
Perlu selalu di
ingat bahwa hukum hooke hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak berlaku untuk
daerah plastik maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke, regangan sebanding
dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan adalah persentase
perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang menegangkan per satuan luas
penampang yang dikenainya.
1.Tegangan
Tegangan
didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik F yang dialami kawat
dengan luas penampang (A). Tegangan adalah besaran skalar dan memiliki satuan Nm-2 atau
Pascal (Pa).Berdasarkan arah gaya dan pertambahan panjangnya (perubahan
bentuk),tegangan dibedakan menjadi 3 macam,yaitu tegangan rentang,tegangan
mampat,dan tegangan geser.
2.Regangan
Regangan
didefinisikan sebagai hasil bagi
antara pertambahan panjang ΔL dengan panjang awalnya L. Karena L sama-sama merupakan dimensi panjang, maka regangan tidak mempunyai
satuan (regangan tidak mempunyai dimensi). Regangan merupakan ukuran
perubahan bentuk benda dan merupakan tanggapan yang diberikan oleh benda
terhadap tegangan yang diberikan. Jika hubungan antara tegangan dan regangan
dirumuskan secara matematis, maka akan diperoleh persamaan berikut :
Ini adalah persamaan matematis dari Modulus Elastis
(E) atau modulus Young (Y). Jadi, modulus elastis sebanding dengan Tegangan
dan berbanding terbalik Regangan.
Kita kenal 3 macam regangan yaitu
regangan panjang,regangan volume,dan regangan sudut.
a. regangan panjang
Dengan panjang
semula sewaktu tiada regangan, l,dan penambahan panjang Δl akibat regangan,regangannya diberikan, sedangkan jika luas penampang A dan gaya teganga yang meregangkan adalah
W,maka tegangannya adalah W/A.
b. regangan volumen
Menurut hukum hooke,kita
dapat menulis:
Dengan B adalah
yang disebut dengan modulus ketegaran yang besarnya kurang lebih 1/3 modulus
young.Berbeda dengan modulus young yang dapat diukur langsung dengan mengukur
penambahan panjangnya,Δl,dan gaya tegangan W serta luas penampang A,modulus
ketegaran B hampir tidak dapat diukur secara langsung karena sukarnya mengukur
pengerutan volumnya,ΔV.
c. regangan sudut
Yang dimaksud
dengan regangan sudut atau regangan luncuran sesudut adalah deformasi,yaitu
perubahan bentuk yang berkaitan dengan sudut luncuran..
3.Modulus Elastik
Ketika sebuah
gaya diberikan pada sebuah benda,maka ada kemungkinan bentuk sebuah benda
berubah.Secara umum,reaksi benda terhadap gaya yang diberikan dicirikan oleh
suatu besaran yang disebut modulus elastik.
Untuk tegangan rentang,besar
modulus elastik Y dinyatakan dengan
Biasanya,modulus
elastik untuk tegangan dan regangan ini disebut modulus young. Dengan
demikian,modulus Young merupakan ukuran ketahanan suatu zat terhadap perubahan
panjangnya ketika suatu gaya (beberapa gaya)diberikan pada benda.
4.Hukum Hooke untuk
benda non Pegas
Hukum hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda
padat, tetapi hanya sampai pada batas-batas tertentu. Mari kita tinjau sebuah
batang logam yang digantung vertikal, seperti yang tampak pada gambar di bawah.
Pada benda bekerja gaya berat (berat
= gaya gravitasi yang bekerja pada benda), yang besarnya = mg dan arahnya
menuju ke bawah (tegak lurus permukaan bumi). Akibat adanya gaya berat,
batang logam tersebut bertambah panjang sejauh (delta L).
Jika besar pertambahan panjang (L) lebih kecil dibandingkan dengan panjang batang logam, hasil eksperimen
membuktikan bahwa pertambahan panjang (L) sebanding dengan gaya berat yang bekerja pada benda. Perbandingan ini dinyatakan dengan persamaan :
Persamaan ini disebut sebagai hukum Hooke. Kita
juga bisa menggantikan gaya berat dengan gaya tarik, seandainya pada ujung
batang logam tersebut tidak digantungkan beban.Besarnya gaya yang diberikan
pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika gaya sangat besar maka regangan
benda sangat besar sehingga akhirnya benda patah. Hubungan antara gaya dan
pertambahan panjang (atau simpangan pada pegas) dinyatakan melalui grafik di
bawah ini.
Jika sebuah benda diberikan gaya
maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah elastis sampai pada titik yang
menunjukkan batas hukum hooke. Jika benda diberikan gaya hingga melewati
batas hukum hooke dan mencapai batas elastisitas, maka panjang benda
akan kembali seperti semula jika gaya yang diberikan tidak melewati batas
elastisitas. tapi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas
hukum hooke dan batas elastisitas.
Jika benda diberikan gaya yang
sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka benda tersebut akan
memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak
akan kembali seperti semula, benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap.
Jika pertambahan panjang benda mencapai titik patah, maka benda tersebut
akan patah.
Berdasarkan persamaan hukum Hooke
di atas, pertambahan panjang (L) suatu benda bergantung pada
besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan dimensi benda (dinyatakan
dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan
memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang sama,
misalnya tulang dan besi.
Demikian juga, walaupun sebuah
benda terbuat dari materi yang sama (misalnya besi), tetapi memiliki
panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan mengalami
pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama. Jika kita
membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki panjang
dan luas penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, besar
pertambahan panjang sebanding dengan panjang benda mula-mula dan berbanding
terbalik dengan luas penampang. Makin panjang suatu benda, makin besar besar
pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil
pertambahan panjangnya. Jika hubungan ini kita rumuskan secara matematis, maka
akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
Persamaan ini menyatakan hubungan
antara pertambahan panjang (delta L) dengan gaya (F) dan konstanta (k).
Materi penyusun dan dimensi benda dinyatakan dalam konstanta k. Untuk
materi penyusun yang sama, besar pertambahan panjang (delta L) sebanding
dengan panjang benda mula-mula (Lo) dan berbanding terbalik
dengan luas penampang (A). Kalau dirimu bingung dengan panjang
mula-mula atau luas penampang, amati gambar di bawah ini.
panjang mula-mula (Lo) dan luas penampang (A
Besar E bergantung pada benda (E merupakan sifat
benda). Pada persamaan ini tampak bahwa pertambahan panjang (delta L)
sebanding dengan hasil kali panjang benda mula-mula (Lo) dan Gaya per
satuan Luas (F/A).
Dalam
Percobaan mangenai Hukum Hooke yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan
bahwa gaya yang dikerjakan pada pegas berbanding lurus dengan pertambahan
panjang pegas. Semakin besar pertambahan panjang pegas, maka semakin besar pula
gaya yang dikerjakan pada pegas. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut
F = K X
Dengan Keterangan
Ø F : gaya yang dikerjakan pada pegas (N)
Ø ∆x : pertambahan panjang pegas (m)
Ø k : konstanta pegas (N/m)
IV.
Alat dan Bahan
♣ Statif
♣ Beban
♣ Jepit Penahan
♣ Pegas Spiral
♣ Mistar

![]() |
1)
Gantungkan beban pada pegas (anggap berat beban adalah Fo)
2) Ukur panjang pegas (Lo)
3) Tambakan beban, lalu ukur panjang pegas (L)
4) Ulangi dengan penambahan beban bervariasi.
5) Isilah tabel
6) Perhatikan kecenderungan masing-masing tabel dari atas ke bawah
7) Bagaimana hubungan antara F dan L
8) Gambarkan grafik ∆F terhadap ∆L
9) Gunakan persamaan (teori) untuk menghitung konstanta pegas.
10) Hitung luas daerah di bawah grafik.
VI. HASIL PENGAMATAN
NO
|
F (Newton)
|
Konstanta
|
X (Cm)
|
ΔX = x – x0
|
Ep
|
ΔF = F – F0
|
1
|
0,7 N
|
0,04
|
11
|
4,7
|
0,44
|
0,2
|
2
|
0,9 N
|
0,05
|
13
|
6,7
|
1,12
|
0,4
|
3
|
1,1 N
|
0,06
|
15
|
8,7
|
2,27
|
0,6
|
4
|
1,3 N
|
0,07
|
17
|
10,7
|
4,07
|
0,8
|
5
|
1,5 N
|
0,07
|
19
|
12,7
|
5,64
|
1
|
VII. ANALISIS DATA
Dik : F0
= m0.g = 0,05 kg . 10
m/s2 = 0,5 N
x0 =
6,3 cm
1.
F1 = m1.g
F1 =
0,07 kg . 10 m/s2
F1 = 0,7 N






k = 

k = 

k = 0,04
N/cm
Ep=
kx2

Ep=
(0,04)(4,7)2

Ep= 0,44
J
2.
F2 = m2.g
F2 =
0,09 kg . 10 m/s2
F2 = 0,7 N






k = 

k = 

k = 0,06
N/cm
Ep=
kx2

Ep=
(0,06)(6,7)2

Ep= 1,35
J
3.
F3 = m3.g
F3 =
0,11 kg . 10 m/s2
F3 = 1,1 N






k = 

k = 

k = 0,07
N/cm
Ep=
kx2

Ep=
(0,07)(8,7)2

Ep= 2,65 J
4. F4
= m4.g
F4 =
0,13 kg . 10 m/s2
F4 = 1,3 N






k = 

k = 

k = 0,07
N/cm
Ep=
kx2

Ep=
(0,07)(10,7)2

Ep= 4,0 J
5.
F5 = m5.g
F5 =
0,15 kg . 10 m/s2
F5 = 1,5 N






k = 

k = 

k = 0,08
N/cm
Ep=
kx2

Ep=
(0,08)(12,7)2

Ep= 6,45
J
VIII.
PEMBAHASAN
Pada praktikum
fisika yang dilaksanakan di laboratorium fisika FKIP Universitas Sriwijaya kali
ini, kami melakukan sebanyak 5 praktikum sekaligus. Akan tetapi setiap anggota
kelompok mendapatkan materi percobaan yang berbeda. Saya sendiri melakukan
praktikum mengenai Hukum Hooke. Jadi, dalam percobaan hukum hooke ini, kami
meganalisis bagaimana pengaruh gaya terhadap pertambahan panjang pegas serta
bagaimana menentukan konstanta pegas dan besar energi potensial yang bekerja
pada pegas. Pertama-tama, setelah merangkai alat dan bahan, pegas tanpa beban
yang kami gantungkan pada statif, kami ukur menggunakan sebuah mistar dan
diperoleh panjang pegas sebelum diberi beban (l0) adalah sepanjang 6,3 cm. Mula-mula kami gantungkan batang penggantung
beban yang massanya sebesar 40 gr dan beban bermassa 10 gram sehingga diperoleh
massa sebesar 50 gram. Massa 50 gram ini dianggap sebagai F0.
Setelah itu, kami tambah beban dengan mengantung beban bermassa 70 gram,
ternyata pegas bertambah panjang 4,7 cm sehingga panjangnya menjadi 11 cm. Kami
tambahkan lagi beban sehingga total massa menjadi 90 gram dan ternyata panjang
pegas bertambah lagi menjadi 13 cm. Ketika kami tambahkan lagi beban yang
digantung menjadi 110 gram, panjang pegas bertambah menjadi 15 cm. Pada beban yang
digantung menjadi 130 cm, panjang pegas bertambah menjadi 17 cm. begitu juga
ketika kami tambah lagi beban sehingga massa total yang digantung pada pegas
menjadi 150 gram dan pertambahan panjangnya menjadi 19 cm.
Dapat dilihat
ketika setiap kali kami menambah beban yang digantung pada pegas maka pegas
akan selalu bertambah panjang. Hal ini membuktikan bahwa massa berpengaruh
terhadap pertambahan panjang pegas. Sedangkan jika berbicara mengenai massa
maka erat kaitannnya dengan gaya sehingga dapat dibuktikan bahwa semakin besar
gaya yang bekerja pada sebuah pegas, maka semakin besar pula pertambahan
panjang pegas itu. Mengapa pegas dapat kembali ke keadaan semula ketika gaya
yang digantung ataupun ditarik dari sebuah pegas dihilangkan? Pegas dapat
kembali ke keadaan semula setelah gaya yang diberikan dihilangkan karena pegas
memiliki sifat elastis atau elastisitas.
Jika suatu pegas digantungkan beban yang sama, pertambahan panjang akan
berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan oleh setiap karakteristik suatu pegas.
Karakter suatu pegas dinyatakan dengan konstanta pegas (k). Sedangkan pada pegas yang sama digantungkan beban
yang berbeda, besar konstanta pegas mendekati sama. Pada 5 kali percobaan
menggunakan pegas yang sama, diperoleh konstanta pegas berturut-turut sebesar 0,04
N/cm, 0,06 N/cm, 0,07 N/cm, 0,07 N/cm, 0,08 N/cm. Sebenarnya dari teori yang
ada tadi menyatakan bahwa konstanta pegas (k)
bersifat relatif stabil, tetapi dalam percobaan kami memperoleh data konstanta
yang masih semuanya belum mendekati sama. Hal tersebut terjadi karena beberapa
faktor diantaranya mungkin terjadi kesalahan-kesalahan pada saat kami melakukan
pengukuran panjang (kesalahan dalam membaca skala pada mistar), ketidakpastian
dalam pengukuran, pengaruh keseimbangan pegas atau mungkin karena keadaan
pegasnya yang sudah tidak baik lagi serta bisa jadi dikarenakan faktor-faktor
lainnya.
Besar
pertambahan panjang pegas selain digunakan dalam menghitung konstatnta pegas,
ternyata dapat juga dapat digunakan dalam menghitung energi potensial pada
pegas namun dalam bentuk kuadrat. Dari analisis data kuadrat pertambahan
panjang pegas sebesar 4,7 N/m2
diperoleh energi potensial pegas sebesar 0,44 J, pada kuadrat
pertambahan panjang pegas sebesar 6,7 N/m2
diperoleh energi potensial pegas sebesar 1,35 J, kuadrat
pertambahan panjang pegas sebesar 8,7 N/m2 diperoleh
energi potensial pegas sebesar 2,65 J, pada kuadrat
pertambahan panjang pegas sebesar 10,7 N/m2
diperoleh energi potensial pegas sebesar
4,0
J, dan terakhir pada kuadrat pertambahan
panjang pegas sebesar 12,7 diperoleh
energi potensial pegas sebesar 6,45 J. Dari data
tersebut dapat kita lihat hubungan antara energi
potensial dengan kuadrat
pertambahan panjang pegas. Energi potensial pegas sebanding dengan pada
kuadrat pertambahan panjang pegas. Semakin besar kuadrat pertambahan panjang
pegas, maka semakin besar pula energy potensial yang bekerja pada pegas
tersebut.
Jadi pada percobaan yang telah
dilakukan,yaitu mengenai hokum hooke diatas kami dapatkan yaitu bahwa
pertambahan panjang pegas sebanding dengan gaya yang dikerjakan pada pegas
dengan dibuktikan adanya rumus hooke F =-kx.Selain itu kecenderungan yang
dihasilkan pada table hasil pengamatan diatas didapatkan bahwa jika semakin
berta atau besar massa suatu benda yang diberikan maka semmakin besar gaya (F)
yang dihasilkan pada pegas.
Berdasarkan dengan data
hasil pengamatan semakin besar massa beban yang digunakan maka konstanta,
panjang pegas, perubahan panjang pegas, energi potensial, dani perubahan gaya
akan semakin besar.
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum mengenai Hukum Hooke ini
adalah sebagai berikut :
1.
Semakin berat massa beban yang digantung pada pegas, maka semakin besar
gaya yang diperlukan untuk menarik beban ke bawah.
2. Besarnya konstanta
dipengaruhi oleh massa, gaya, dan gravitasi. Dan dapat terjadi kesalahan atau
ketidakakuratan data karena pengaruh keseimbangan pegas, kesalahan dalam
penghitungan massa maupun gaya.
3. Renggang
tidaknya suatu pegas dipengaruhi oleh massa beban yang digantungkan.
4. Besarnya gaya yang diberikan
berbanding lurus dengan pertambahan panjang pegas (Δx) yaitu panjang akhir –
panjang awal.
5. Konstanta pada masing-masing
percobaan berbeda-beda karena perbedaan bahan yang digunakan atau tingkat
keregangan pegas.
6. Hasil
Pengukuran konstanta pegas dengan menggunakan pegas yang sama memiliki nilai
yang hampir sama.
7. Menurut
hukum Hooke bila sebuah pegas ditarik oleh pasangan gaya F maka pegas tersebut akan bertambah panjang sebanding
dengan besarnya gaya yang mempengaruhi pegastersebut.
8. Pertambahan
panjang pegas tergantung pada beban yang diberikan, semakin besar beban yang diberikan semakin besar pula
pertambahan panjang pegas.
9. Data-data
pada percobaan gerak harmonis sedehana terdapat hasil yang berbeda akibatnya beban beban yang di berikan tidak
sama (berbeda).
10. Semakin
besar beban yang diberikan, semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan pegas untuk mencapai lima kali ke atas ke
bawah
SARAN
Untuk menyempurrnakan percobaan yang
akan dilakukann, alangkah lebih baik jika kita dalam melakukan praktikum untuk
lebih teliti dalam melakukan percobaan karena didalam percobaan pasti akan ada
sumber masalah.
Dalam melakukan percobaan ini,
alangkah lebih baik jika kita memilih pegas yang tingkat kelentingannya masih
sempurna, dan juga harus memperhatikan adanya angin karena dapat membuat pegas
bergerak dan sulit untuk tetap dititik setimbangnya.
Dan juga kami berharap dipercobaan
lain waktu, kami dapat meminimalkan kesalahan-kesalahan dan masalah yang
dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
. Kanginan,
Marthen, dkk.1998. Fisika SMA. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Tim Dosen Fisika Dasar. 2008. Panduan
Praktikum Fisika Dasar I. Indralaya: Universitas Sriwijaya
Taranggono, Agus dan Hari Subagya.2004. Fisika
SMA 2a.Jakarta:Bumi Aksara
Ruwanto, Bambang . 2003. Asas-asas Fisika SMA
IA.Yogyakarta:Yudhistira.
Zemansky, Sears. 1994.Fisika Universitas I. Jakarta: Erlangga
https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-2/bab-2-elastisitas-bahan/c-hukum-hooke/
http://penacahaya88.blogspot.co.id/2014/12/laporan-praktikum-fisika-hukum-hooke.html
http://www.informasi-pendidikan.com/2015/01/teori-hukum-hooke-dan-aplikasinya.html
Mikarajuddin. 2008. IPA FISIKA : Jilid 1. Jakarta: Esis.
Seran D, G. dkk. 2007. Fisika SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar